Cinta, Api, dan Kera Yang Kalem

Mari kita sebut hari itu adalah hari keberuntungan saya, my serendipity day :D. Setelah menelan ludah karena lungsum harian tidak bisa dicairkan hari itu (dan harus menunggu seminggu lagi). Serta janji bertemu narasumber pagi hari harus dijadwal ulang jadi siang hari (dan harus berpanas ria, utara selatan, bolak balik). Ketika sudah tepat waktu, ternyata harus menunggu lagi selama berjam-jam. Kali ini saya pilih menunggu di lobi sambil terkantuk-kantuk. Dan bingung harus menginap dimana karena ada kejadian tak terelakkan di kos sepupu. Seorang kawan lama menawarkan…

“Nginap di hotel sama aku. Kita hang out ampe malem ya”

Ah, tidak perlu berpikir dua kali. Yup!!! Tak berapa lama kemudian, ia mengajak nonton pertunjukan epik Ramayana di Open Theatre Prambanan. Serius??? Segelas susu karamel porsi gajah yang saya pesan di Kalimilk langsung tandas tatkala menerima tawarannya :D. Ini kali kedua saya ke Prambanan bersama seorang kawan lama. Ah, cinta tidak selalu dengan pasangan kan ya. Cinta bisa dibagi dengan seorang dan atau beberapa kawan ;).

Lepas magrib, kami segera meluncur ke barat. Menuju teater terbuka Prambanan. Sebelumnya kami reservasi dulu melalui sebuah nomor telepon pengelola untuk memastikan ada tidaknya pertunjukan hari itu dan kursi yang tersedia. Ternyata yang tersisa hanya kursi kelas I, special, dan VIP. Sempat terpikir, turis mana yang menyerbu Prambanan. Secara, nyaris tidak mungkin wisatawan lokal mau melihat pertunjukan ini. Pertunjukan lokal dan tarif yang lumayan mahal untuk turis lokal bukan kombinasi yang menarik kan ya. Walaupun sebenarnya tarif ini cukup worth it :D. Atau, jangan-jangan ada invasi besar-besaran para bule ke Prambanan??? Ah….itu bisa jadi selingan mata yang menyenangkan :D.

Sampai di lokasi, ternyata sudah ramai oleh…..rombongan anak sekolah!!! Hahahaha…baiklah kali ini selingannya anak-anak SMP. Sayap kiri dan kanan yang notabene adalah kursi kelas II dan kursi student sudah dipenuhi rombongan yang super berisik. Untungnya pilih kursi kelas I karena posisinya di sudut. Jadi bisa melihat pertunjukan dari sudut pandang yang bagus. Tepat jam 20.00 lampu dipadamkan. Dan dengan segera teater sunyi senyap. Tapi, hanya beberapa saat. Rombongan kedua yang menempati kursi VIP dan spesial di samping kami mulai berdatangan tepat MC membuka acara. Kali ini bukan rombongan anak sekolahan tapi….rombongan bule. Hahahaha…..thanks God for this lucky day :D.

Bagaimana ceritanya tidak perlu diceritakan ya. Standar cerita Ramayana. Walaupun ada beberapa bagian yang saya luput dan baru tahu ketika melihat pertunjukan. Ternyata Sita bisa diculik karena iseng minta kijang (suruhan Rahwana). Mungkin dia pikir kijang ini bisa serupa mahar. Padahal dia bisa saja minta keliling dunia 80 hari atau pesiar di gugusan Wayag Raja Ampat. Relatif mudah dikabulkan Rama. Katanya, mahar itu yang memudahkan tho ya. Walah, malah ngelantur. Kijang yang super gesit ini susah sekali dipanah. Demi istri, akhirnya dikejar Rama entah sampai mana. Sita yang tinggal sendirian tanpa pengawalan mudah sekali diculik. Fragmen ini langsung dikomentari kawan, Makanya….jadi istri jangan minta yang macem-macem!!! Bikin perkara aja. Ngakak saya dengarnya.

IMG_2721_EDITDrama ini dibawakan dengan….sangat lambat. Kalau bukan karena penasaran mungkin saya sudah tertidur seperti seorang gadis di depan saya. Suara anak-anak SMP yang awalnya hilang kembali muncul. Tampaknya mereka juga bosan. Penari membawakan drama dengan sangat halus dan lambat, khas tari Solo-Jogja. Sungguh saya tidak bisa membedakan gerakan prajurit Rama, prajuritnya Rahwana, dan kera-kera. Semuanya sama!! Baru kali ini saya lihat kera yang super kalem. Tidak pethakilan :D. Untungnya rombongan kera ini dimainkan oleh anak usia SD yang sepertinya tidak peduli mereka sedang dipanggung dan dilihat ratusan orang. Ada yang lihat kesana kemari, ngobrol, bahkan ngupil….hahahaha. Setidaknya, soul kera masih muncul. Kata kawan yang pernah menonton pertunjukan serupa di Uluwatu, gerakan di Bali lebih dinamis dan rancak. Yeah, pakem tari tidap daerah bisa berbeda. Saya membayangkan ini dibawakan penari jaipongan. Ah tentu heboh ;).

Kebosanan saya hampir memuncak tatkala beberapa kera membawa api dalam wadah berbentuk kotak. Mereka mau ngapain??

IMG_2726_EDIT

Oke, si Hanoman loncat ke bara api. Bolak-balik. Lari menaiki tangga sambil bawa obor. Dannn….

IMG_2729_EDIT

Dua buah bangunan beratap daun kelapa kering langsung dibakar. Seketika bangku yang semula dingin langsung terasa panas. Kerennnn. Ini bagian paling epik, seru, dan paling banyak mendapat sambutan penonton. Dalam kisah Ramayana, Hanoman membakar istana Rahwana hingga habis dan prajuritnya lari pontang panting. Dan api pula yang membuktikan cinta serta kesucian Sita dihadapan Rama. Bagian lain yang baru saya ketahui setelah menonton pertunjukkan ini ada di bagian akhir. Ternyata tidak semua prajurit Rahwana jahat. Ada juga yang berhati tulus. Siapa??? Lihat saja 😉 (padahal lupa namanya :P).

Di akhir acara, MC membolehkan penonton foto bersama dengan para penari. Dari jauh Rama itu ganteng banget (yang sayangnya sudah tua :D). Tapi, saya sama sekali ga pingin berfoto sama dia. Target saya ada di atas yang sayangnya diapit banyak bidadari. Saya kalah saing, akhirnya foto bersama…

IMG_2732edit
Usil, lincah, nakal, tukang bakar, dan bau kethek…hahaha

Hanoman dan Rahwana adalah duo penampil favorit saya malam itu. Makasi banyak my lovely friend, Cendrawasih. You really made my day :D. Kapan kita jalan bareng lagi??

IMG_2733edit

 

Pak Bibit dan PLIK Bambanglipuro

Cara paling mudah dan murah cari informasi lewat apa sih? Informasi aaaappa aja. Tanya ke dosen, guru, dokter, seniman, pemerintah? Pastinya informasi dari mereka terbatas di bidang tertentu aja kan ya. Dan nguber-nguber mereka buat tanya-tanya ini itu pastinya makan waktu banget. Atau tanya ke “orang pintar” aka dukun??? Qiqiqi…ga banget deh. Informasi yang didapat ga bener, syaratnya ribet, belum lagi kalo dukunnya cabul. Ihhhh…. Trus cari dimana dong?? Ah, pasti yang baca dah pada tahu (ge-er banyak yang baca…hahaha). Yaaaa pastinya via nternet!!!

Jaman gini ga ada lagi cerita susah cari info apa pun. Tinggal buka jendela browser, ketik aja info yang ingin dicari. Langsung deh banjir informasi. Tinggal siap-siap memfilter, mana informasi yang kredibel untuk kita ambil mana yang sampah. Buat mereka yang tinggal di perkotaan atau di pinggiran kota, gampang banget ya akses internet. Entahkah ke warnet, berlangganan di rumah, atau langsung melalui gadget. Tapi mereka yang tinggal di perdesaan gimana? Warnetnya jauh. Sinyal seluler timbul tenggelam. Komputer/laptop tidak punya. Aduh merana banget. Padahal menurut riset di beberapa negara berkembang, seperti Indonesia,  penetrasi internet mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Yaaa…untuk Indonesia masih perlu dibuktikan lagi karena aktivitas berinternet orang Indonesia masih untuk konsumtif dan hiburan, bukan aktivitas produktif.

Meski aktivitas berinternet masih…ya gitu deh…bukan berarti saudara-saudara kita yang di perdesaan tidak berhak mendapat akses internet. Setiap kita berhak mendapatkan informasi dan tercerdaskan sekaligus tercerahkan dengan informasi. Termasuk di daerah perdesaan. Nah, kebetulan Kementrian Kominfo punya beberapa program untuk menggelar jaringan internet di daerah rural. Salah satunya Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Kalau tidak salah, total PLIK di seluruh nusantara ada 3.428 buah. Wahh…banyak ya. Hamdalah, saya sempat menelusuri beberapa PLIK di Kab. Kulonprogo (DIY). Salah satu PLIK yang hebring banget dikelola oleh Mas Sutrisno. Lokasinya di pinggir jalan Desa Nanggulan. Nah, untuk daerah Kab. Bantul saya menemukan satu lagi PLIK yang TOP. Lokasinya di Kec. Bambanglipuro. Kira-kira 200m di belakang kantor lurah.

PLIK ini dikelola pria muda, namanya Irwanto. Di tangan dingin mas Irwanto, PLIK berkembang dengan pesat. Ga pernah sepi pengunjung. Apalagi selepas pulang sekolah. Wuiiihhhh…ngantri dan berisik. Hahahaha…..nama pun anak-anak ya. Walau duit jajan terbatas, ga masalah tuh satu komputer dipakai bertiga. Semakin sore semakin ramai dan pengunjung berganti remaja hingga dewasa. Tarifnya murah aja. 2000 perak per jam. Belum termasuk happy hour, diskon, voucher, ama gratis soft drink. Kurang servis apa coba….hahaha. Buat yang ga mau ngantri bisa kok bawa laptop sendiri trus akses internet via hotspot yang disediakan. Ada yang gratis, ada yang berbayar.  Pantesan ramai!!! Berkat kerja keras mas Irwanto ini, masyarakat desa memiliki akses informasi yang luas. Makin cerdas, makin terangkat ekonominya.

Mau bukti?? Lihat aja deh film dokumenter yang saya, vian, radit, dan mr jujur buat.

Hebat ya. Berkat PLIK, peluang usaha Pak Bibit semakin luas. Udah kayak artis aja tuh si Pak Bibit. Tiap bulan ada yang datang, ada undangan ke luar kota. Hamdalah :D. Dulunya kripik bonggol pisang Pak Bibit tidak dilirik. Toko-toko tidak mau terima. Setelah buat website dan mempromosikan kripiknya. Pesan mengalir deras. Omzetnya perbulan bisa sampai 30 juta lho. Belum termasuk penghasilan dari memberikan pelatihan. Onde mandeeeee. Dan sekarang sudah punya sertifikat halal dari MUI. Makin laris manis tanjung kimpul deh. Seperti efek domino, usaha Pak Bibit ini bisa mengangkat ekonomi orang lain. Mulai dari pemasok bahan baku, tenaga kerja, distributor, bahkan pengecer. Rantai bisnis bisa jadi panjang karena internet!!

Dan hamdalah juga buat mas Irwan yang berkat kerja kerasnya bisa jadi nomor 3 pengelola PLIK terbaik nasional. Selamat yaaaa. Diantara kisah sukses pengelolaan PLIK yang baik ada juga kok PLIK yang mati karena tidak dikelola. Entahkah mereka kurang kerja keras, entahkah mereka tidak tahu cara mengeoperasikan. Untuk yang seperti ini memang perlu dukungan luar biasa. Tidak bisa melihat manfaat PLIK ini dari sisi ekonomi pengelolanya saja, tapi bagaimana masyarakat juga bisa terangkat sosioekonominya. Aduh…kenapa jadi berat nih omongannya…hahaha.

Oya, niat kita berdua memfilmkan PLIK ini bukan buat gaya-gayaan. Tapi kita emang pingin mempublikasikan program PLIK ini yang ternyata manfaatnya besar banget. Kita berharap dari film ini siapa pun bisa tergugah untuk mengelola PLIK dengan lebih baik lagi. Menggunakan internet (PLIK) dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat. Semangatttttt!!!

Short Trip (Part 2): Ngobaran, Pantai Rasa Jogja Bali

Udah cerita dong ya short trip yang cuman setengah hari di part 1. Kalau belum dibaca, monggo dibaca dulu :D.

Walaupun sudah direncanakan jauh-jauh hari, saya tetap lupa bawa kamera…sigh. Akhirnya selama trip kemarin cuman poto-poto pakai kamera henpun Gal-ACE.  Dan ternyata poto pakai kamera henpun di tengah hari bolong itu susaaaahh banget. Ga kelihatan layarnya sama sekali. Jadi ga tahu obyek yang mau dipoto sudah pas belum posisinya. Blur ga. Dan ga bisa setting macem-macem. Hanya bisa setting normal. Mau buat poto panorama pun ribet. Ga kepikiran deh mau di setting yang lain. Begitu lihat hasilnya…lah kok begini begono. Tapi lumayan lah…hehehe. Daripada saiyah manyun aja :D. Malah ada objek yang baru kelihatan pas lihat hasil jepretan. Keknya pas mau bidik ga lihat objek ini…hihi. Kurang tahu ya, yang buat layar henpun tidak terlihat di bawah matahari langsung itu apa. Apa memang kelemahan Gal-ACE seperti itu atau karena saya pakai anti spy. Ga ngerti deh…

Jadiiii…kelar makan dan sudah pada kenyang. Ga ngomel-ngomel lagi karna kelaparan. Kita lanjut ke Ngobaran. Pantainya dekat, sebelah-sebelahan. Hanya dipisahkan tebing saja. Tidak sampai 1 km rasanya. Pantai Ngobaran ini ternyata ada dua sisi. Begitu masuk, serasa bukan di Jogja. Tapi di Bali !!! Sisi pertama ini bentuknya tebing tinggi. Kita berada persis di atas tebing. Nah, di pinggir tebing ini ada pura yang masih digunakan umat Hindu. Dimana coba bisa ketemu pantai yang ada puranya kecuali di Bali :).

Puranya bukan yang ini, ada di sebelahnya tapi ga di poto :)
Puranya bukan yang ini, ada di sebelahnya tapi ga di poto 🙂

Ga lupa deretan patung-patung yang saya tidak tahu apa saja kecuali Ganesha. Di bawah patung-patung tidak ada keterangan nama kecuali tulisan seperti “bakti”, “satya”, dan lainnya. Lupa :D.

Deretan patung-patung. Masih ada lagi di sekitarnya
Deretan patung-patung. Masih ada lagi di sekitarnya

Agak ke pinggir tebing, kita bisa lihat ombak yang menghantam tebing. Cukup aman karena ada pagar pembatas tapi di beberapa sisi tidak ada. Buat saya yang orangnya kikuk harus ekstra hati-hati. Sebenarnya ada tangga batu menuju ke bawah, ke sisi tersembunyi tebing. Pengunjung bisa kesini tapi ya itu..hati hati yaa kalau ga mau disambut batu batu besar.
Nah dipinggir tebing ada patung seperti Garuda Wisnu Kencana yang menghadap lautan lepas. Mungkin GWK yang di Bali kalau sudah jadi bentuknya seperti ini ya. Versi mininya. Pas mau bidik saya pikir hanya patung Garuda biasa saja. Pas lihat hasilnya..kok ada kaki dan kepala. Ternyata oh ternyata. Yang agak bikin bingung, ni statue Hindu kok ada stupa stupa mini ya. Bukannya identik dengan Budha. Saya yang salah kali ya. Tetap terlihat indah kok.

Hati-hati kalau mau turun ya
Hati-hati kalau mau turun ya
Patung ular di kanan kiri
Patung ular di kanan kiri
Garuda Wisnu Kencana. Baru kelihatan ada kepala dan kaki pas edit :D
Garuda Wisnu Kencana. Baru kelihatan ada kepala dan kaki pas edit 😀
Stupa??
Stupa??

Disisi ini ga bisa main main pasir. Harus naik ke atas terus turun. Dan taraaaaaa….beautiful isn’t??

Cantiiikkkk...subhanallah. Pingin langsung kipik kipik di air :D
Cantiiikkkk…subhanallah. Pingin langsung kipik kipik di air 😀
2013-03-19 15.08.08
Damai ya kelihatannya 😀

Pantaiiii….Pasirnya hasil pecahan batu karang dan karst jadi enak diinjak. Ga bikin susah ngeersihin. Ombaknya ga besar dan sudah pecah duluan. Asyik buat berenang.
Jalan jalan di era digital ini meurut saya kurang asyik. Di tambah waktu perjalanan yang singkat. Tidak bisa menikmatiiii…huaaa… Lebih banyak jeprat jepret sana sini. Pingin hening sesaat disana. Mendengarkan deburan ombak. Merasakan hembusan angin. Membaui laut. Ahh…tidak bisa. Balik lagi apa ya :D. Satu yang bikin heran, kenapa tiap kali ke pantai di daerah Gunung Kidul ini pasti hujan rintik rintik. Pas di Ngrenehan ya gerimis. Pulangnya hujan deras yang horor banget. Mungkin karena pas masih musim hujan aja ya.

Short Trip (part-1): Berburu Lobster di Ngrenehan

Jadi, mana lobsternya?? Ga adaaa…hehe

Niatnya mau melipir sebentar cari spot-spot cantik di seputaran Jogja. Minggu kemarin pada sepakat mau main ke Pantai Indriyani. Tapi apa di kata, yang dinanti tak kunjung terlihat batang hidungnya. Padahal dia tumpuan harapan satu-satunya tim kisruh…hihi. Bubar jalan deh rencana kita. Satu-satu anggota mulai gelisah. Hilir mudik sana sini. Saya yang awalnya anteng- kalau datang yuk jalan, kalau ga datang ya sudah- jadi ikut-ikutan resah. Memang benaran tim bikin kisruh deh. Menjelang siang pun ga nongol-nongol, sampai ada yang usul ke Pantai Depok aja yang dekat buat “tombo loro”. Dari pada beneran bubar. Begitu mau siap-siap, yang dinanti datang juga. Yeayyyy….alhamdulillah, mashadi datang juga

Jadi main ke Indrayani dong?? Gaaaa…hihihi

Sudah terlalu siang, kasian emak-emak kalau pulangnya kemalaman. Mana pun tim kisruh ini isinya dari lanjut usia sampai yang imut-imut kek saya  muda. Kalau kita yang muda-muda sih ayuh ayuh aja. Akhirnya pun, masahadi mengusulkan ke Ngrenehan dan Ngobaran. Mulai dong ya dia promo ini itu. Ga lupa promo lobster yang katanya segar-segar dan terjangkau. Kita yang dengerin cuman plonga plongo sambil ngences langsung teriak YAAAA!!!

Jadinya ke Ngrenehan dan Ngobaran nih? IYAAAAA… Pasti?? PASTIIII!!!!

Dua pantai ini letaknya berdampingan hanya dibatasi tebing tinggi nan curam. Lokasinya sebelum Baron, Krakal, Kukup, dan kawan-kawan. Pantai-pantai di pesisir Gunung Kidul ini memang sejalur dengan karakter hampir-hampir mirip. Ombak tidak terlalu tinggi/besar dan dikelilingi bukit karst. Sedaaappp semua. Saya tidak cerita bagaimana jalan kesini ya. Petunjuk di sepanjang jalan jelas dan banyak kok. Yang penting sabar aja. Karena objek yang bagus itu biasanya tersembunyi dan penuh perjuangan :D. Pemandangan sepanjang jalan tidak cuman cakeppp tapi juga unik. Mulai dari penjaja belalang -itu belalang gendut-gendut, jadi ingat nyonya rumah suka belalang goreng :D- deretan pohon jati, sampai perkebunan penduduk. Gunung Kidul memang susah air ya. Itu pipa air gede banget dan panjannggg. Ga tau di mana awal dan akhirnya. Ukuran pipanya seperti pipa minyak. Tekstur tanahnya batuan kapur jadi hanya bisa untuk tanaman yang tidak boros air. Singkong dan kacang jadi pilihan utama. Sepanjang jalan banyak pohon singkong yang sudah kebayang enaknya kalau dibikin tiwul, direbus, atau digoreng sambil minum teh gula batu. Cessss…nom nom 😀

Berhubung sepanjang jalan bayangin makanan terus. Semua kelaparan. Kita putuskan ke Ngrenehan dulu. Di sini ada pelelangan ikan dan los pasar ikan segar. Losnya sedikit aja tapi cukup komplit. Bawal putih, layur, cakalang, tongkol, kakap, pari, dan ikan-ikan lainnya yang ga saya kenal. Bisa beli mentah langsung atau minta mereka olah. Umumnya digoreng dan nanti bisa diolah lagi di warung makan. Sayang kemarin ga ada lobster. Udang pun tak ada. Susah kali ya dapetinnya. Pas lagi nunggu makanan matang ada nelayan yang lewat bawa gurita. Hmmm…langsung pingin ngebakar…qiqiqi… Sebenarnya pingin pari juga, digoreng tepung sepertinya enak. Tapi khawatir yang lain pada ga mau. Akhirnya beli bawal putih, cakalang, dan layur. Dibonusi ikan bulet merah, ga tahu apa namanya.

Look!! No wave at all. Pingin langsung nyemplung :D
Look!! No wave at all. Pingin langsung nyemplung 😀

Karena konsepnya pelelangan ikan jadi lebih terkesan seperti desa nelayan tapi banyakan warung makannya :D. Pinggir pantai penuh kapal. Saya pikir bibir pantainya masih jauh jadi bisa main-main air sebentar. Ga tahunya, begitu jalan ke kapal terdepan udah langsung air dalam aja. Weee…. Ga landai ternyata pantainya. Ga bisa main pasir deh. Tapi airnya cukup tenang karena berada di cekungan. Jadi ombaknya sudah pecah duluan sebelum masuk pantai. Asyik :D. Kanan kirinya tebing tinggi dan hijau. Seperti pantai Parang Gesing cuman lebih sempit cekungannya.

Tebing di sisi kiri
Tebing di sisi kiri
Tebing di sisi kanan. Sedapppp
Tebing di sisi kanan. Sedapppp

Jangan bayangin warung makan disini seperti restoran ya. Seperti di Pantai Depok atau Parangtritis, Beneran warung. Kecil-kecil dan sempit. Tapi ibu-ibu yang jualan ramah-ramah.   Banyak kamar kecil juga yang cukup bersih. Jadi jangan khawatir kalau kebelet :D. Berhubung tiap kamar kecil tidak ada penjaga atau kotak amal, tapi ditulisin kamar mandi/toile umum. Saya sarankan kasih sedikit tips ya. Hitung-hitung ucapan terima kasih sudah bisa menyalurkan hajat dengan baik :). Dan kalau menawar ikan segar jangan sadis-sadis. Kasihan nelayannya. Pas kita datang, mereka ngelihatin dengan wajah…gimana yaa. Ga tega rasanya. Ya, ga bisa dipungkiri harga di daerah wisata kadang lebih mahal. Konsekuensi yang harus kita tanggung. Tapi kalau terpaksa menawar, tawarlah dengan bijak aja ya :).

Lihat perahu kek gini, masih berani nawar sadis?? Tega. Yang bijak yaa
Lihat perahu kek gini, masih berani nawar sadis?? Tega. Yang bijak yaa

Kelar makan. Yang mana ikannya enak semua walau cuman digoreng. Masih segar soalnya. Kecuali layurnya. Nyesel minta si ibu ngolah lagi jadi layur masak asam pedas. Rasa asli layurnya jadi hilang :(. Kita lanjut ke Ngobarannnn. (lanjut part 2 yaaa)

Dear My Yellow and Pinky Pramex

Yup. Hari ini tepat satu bulan hungan cinta kasih sama Pramex aka Prambanan Express renggang. Dan kemarin, sudah diputuskan. Talak. Talak. Tidak sampai 3 kali talak. Masih berharap Pramex pulih seperti masa-masa romantis.

Tahun ini sudah 4 tahun jadi pelanggan setia Pramex. Untuk urusan transportasi pergi-pulang Solo-Jogja sangat membantu. Tarifnya lumayan murah, jam keberangkatan jelas *yah..telat telat dikit dimaklumi*, perjalanan 2 jam dengan bis cuman butuh waktu 1 jam, nyaman, ga bikin capek. Selama 4 tahun mengalami manis, pahit, geli, sebelnya bareng Pramex. Apalagi teman-teman komunitas juga banyak. Sudah kayak saudara walaupun gak tahu nama, cuman tahu wajahnya aja…hehehe… Ada kumpul bareng halal bi halal. Pakai door prize handphone ama magic com lagi Keren ya…qiqiqi.  Hubungan dengan pihak manajemen juga baik. Masih mengalami tarif Kartu Trayek Berlangganan (KTB). Kalau pakai KTB, diskonnya bisa 50ribu sendiri untuk perjalanan 1 bulan PP, bayar dimuka. Membantu banget. Kalau keretanya mogok, diganti dengan kereta K3 alias kereta ekonomi yang lagi nganggur. Yang didalamnya bau apek, berdebu, rebutan kursi sama kecoak dan kutu. Tapi kita terima, yang penting perjalanan kereta lancar. Kenal baik dengan mas-mba Prestis yang jualan di kereta. Numpang baca koran gratis. Ngalamin masa-masa evolusi duduk juga. Dari berdiri, lesehan, sampai punya kursi lipat sendiri.

Sempat terkunci di dalam kereta yang mogok lebih dari 30 menit, kehabisan napas. Jadi keretanya mogok, mesinnya ga mau jalan. Otomatis pintu hidroliknya ga bisa dibuka. Padahal dalam kondisi semua penumpang sudah di dalam kereta, siap berangkat. Bengek deh di dalam kereta. Yang bapak-bapak berusaha dorong pintu supaya udara bisa masuk. Gagal. Alhamdulillah cuman 30 menit *indo banget ya, masih ada untungnya…qiqiqi* 

Yang namanya terdampar di stasiun sampai di tengah sawah pas malam gelap gulita pun pernah. Kereta mogok gok, ga mo bergerak barang sesenti pun. Coba ya bisa didorong kek mobil, ku bantuin dorong deh :D. Ngapain dong di tengah sawah gelap-gelapan. Bengong. Ngomel-ngomel sama petugasnya ya percuma. Bengong sambil nunggu bala bantuan datang. Dan yang namanya pindah kereta di tengah sawah itu susahnya bukan main. Pintunya tinggi boookkk. Berkali-kali mogok di tengah jalan, saya pilih ga keluar dari kereta sepanas apa pun. Kalau sudah turun susah naiknya. Mending di atas aja, kalau pindah tinggal loncat. Dan segala kenangan bersama Pramex harus berakhir mengenaskan. Kecewa lahir batin :((.

Berawal dari penghapusan KTB. Kenaikan tarif berkali-kali dalam jangka waktu yang pendek. Penghapusan beberapa jadwal. Janji-janji KAI kalau jadwal akan kembali normal. Nyatanya selama 3 bulan konsumen dibohongi dengan pengumuman yang diulur-ulur. Sampai akhirnya musibah Pramex terguling. Jadwal dihapus semua tinggal 3 kali pemberangkatan. Deep in my heart, sedih Pramex terguling. Apalagi banyak teman-teman yang jadi korban. Dan sepertinya tidak memperoleh kompensasi apa pun. Ga ada seorang pun mengharapkan kejadian itu kan ya. Namanya juga musibah.

Sayangnya, pihak manajemen KAI menyikapinya dengan kebijakan yang aneh. Sangat-sangat merugikan konsumen yang sebagian besar adalah pelanggan loyal belasan tahun. Dan dari tangan mereka lah, Pramex bisa ramai peminat seperti sekarang. Jadwal Pramex yang dihapus justru saat jam pulang-pergi pegawai yang nglaju. Konsumen setia Pramex!! Dan sebagai gantinya, manajemen menggunakan KRDE AC yang tarifnya jauh lebih mahal. 20.000 sekali jalan. Astaga!!! Di jakarta pun yang AC ga sampai 10ribu deh. Dan yang bikin sakit hati adalah kereta pengganti itu adalah kereta trayek lain (Maguwo Express) yang tidak ada peminatnya alias sepi pi pi. Dengan kata lain, manajemen membebankan biaya operasional KRDE AC ke pelanggan Pramex. Arrrggghhhh!!!

Beberapa kali saya dan teman-teman menanyakan kebijakan yang aneh ini. Mengeluhkan pelayanan dan kebijakan yang sama sekali ga memihak konsumen. Sangat kelihatan kebijakan sekarang lebih profit oriented. Sebagai perusahaan negara, monopoli lagi, seharusnya kebijakan itu memihak rakyat kannn. Alasan pengadaan AC di kereta menambah biaya operasional sangat tidak masuk akal. Tidak ada subsidi lagi katanya.

Sebagai orang awam saya melihatnya simpel aja. Masyarakat butuh transportasi massal yang murah dan nyaman. Jadi desainlah kereta api yang sesuai untuk itu. AC bukan prioritas. Toh perjalanan hanya 1 jam ini dan tidak melewati gurun sahara. Tidakkah manajemen menyadari kebijakan itu sangat memaksa konsumen. Menyebabkan jalur Solo-Jogja semakin macet karena memilih transportasi bis,mobil probadi, bahkan motor. Yang artinya makin banyak polusi. Saking kecewanya dengan pihak manajemen saya sempat ngobrol dengan petugas KAI sampai berkaca-kaca. Dan segera balik badan, sebelum tumpah beneran. Ya, saya tahu. Bicara dengan beliau tidak akan menyelesaikan apa pun karena bukan pengambil kebijakan. Sayangnya pihak manajemen entah dimana. Kasian petugas peron, kondektur, kepala stasiun kena hujan pertanyaan dan komplain konsumen. Padahal mereka tidak tahu apa-apa, hanya menjalankan perintah.

Sempat baca di Solopos, akan ada pengadaan 200 gerbong kereta Pramex dari Kemenhub. Semoga benar tereliasasi. Dan benar-benar ditujukan untuk kepentingan transportasi massal yang murah, aman, tepat waktu. Agar tidak jatuh talak 3.  Sungguh remuk badan naik bis bolak balik. Sungguh ku masih mencintai dan menantimu my Dear Pramex.

Foto-foto kenangan bersama Pramex. Miss you dear

mogok di stasiun maguwo, baruuu aja lepas dari lempuyangan
pindah kereta…ooouucchh…tingginya pintu kereta
maaakk….kita jadi naik kereta ga??
i’m fat guy with no money and lost in train…hehehe…nasib mu deeekk
saya ini pelajar, saya sempat-sempatin belajar di pramex, demi bapak-ibu. lha kalu sekarang jadi 20rb, trus gimana saya?? :((
Pasrah….mogok di tengah sawah with no light