Wanita Yang Hatinya Seluas Samudera

Hitam eyeliner masih tersisa di pelupuk matanya ketika ia membuka pintu. Rok pendek berwarna krem dan kaos oblong putih yang telah memudar warnanya. Itu kostum yang kau pakai sore itu. Sore pertama kali ku mengetuk pintu rumahmu yang bercat hijau. Ada rasa takut untuk berkunjung kala itu. Sejatinya, aku selalu gundah bila ke rumahmu. Berkomat-kamit sepanjang jalan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Ya, segalanya akan baik-baik saja bila ada dirimu. Tapi, tak jarang air mata tak mampu ku bendung ketika pulang. Rasa sesak yang tak mampu ku tahan.

Kala pertama itu, ku pikir kau asisten rumah tangga. Kau jauh dari kesan sederhana. Kau teramat sangat sederhana. Sejuta gambaran tentangmu telah terpeta dalam otakku yang kerdil. Gambaran yang ku peroleh dari satu mulut ke mulut yang lain. Cerita yang membentukmu menjadi sosok yang tidak menyenangkan. Sejuta cerita yang tak satu pun ia tolak, hanya diam. Yang semakin menasbihkan diriku akan dirimu. Tetapi, setelah puluhan pertemuan, kau tidaklah seperti yang mereka ceritakan. Dengan segala kesalahtingkahanmu, ku sadari, kau memiliki kesabaran dan keikhlasan seluas samudera. Kau menaruh kepercayaan yang begitu besar.

Aku tidak mengerti kenapa kau bisa seperti itu. Sikapmu pada anak-anak. Sikapmu pada suami menumbuhkan kekaguman dan rasa sayang. Seandainya aku bisa sepertimu. Tapi, aku bukanlah dirimu. Aku tidak tahu apakah bisa sepertimu meski kau kau katakan, “yo dicoba, emang angel”.

Momen di malam sekaten tak kan bisa terlupakan. Saat kita berdua di motor. Bercerita tentang banyak hal. Pintamu untuk tak melupakan walau usia terus bertambah. Dan janjiku dalam hati untuk tak melupakanmu, mendoakanmu dalam setiap sujud dan ruku. Selamat ulang tahun…maafkan aku. Semoga Dia Yang Maha Penyanyang melimpahkan rahmatNya padamu, pada keluargamu.

Leave a comment